Marah nggak ada bedanya sama sebuah tekanan di dalam batin. So, jangan pernah mengabaikan tekanan-tekanan ya, soalnya, kalo tekaann itu sampe “menggunung” di dalam hati, bisa jadi muncul gangguan kesehatan yang serius. Bahkan bisa bikin jiwa melayang!
Bentuk tekanan itu sendiri bisa bermacam-macam, termasuk di antaranya pekerjaan sekolah, patah hati, atau bahkan kesl sama orang. Atau juga ada semacam kewajiban yang harus dipenuhi. Kewajiban seperti ini yang kadang menjadi tekanan. Nah, hal-hal seperti inilah yang harus dijauhi. Udah banyak kematian yang disebabkan oleh stres.
Sebuah studi yang dilakukan para ahli dari Stress Research Institute, Stockholm, Swedia, kepada 2000 lebih workaholic, menunjukkan bahwa pekerja yang selalu menahan kecewa dan marah ketika diperlukan nggak adil di berbagai lingkungan, berisiko lima kali lebih tinggi mengalami serangan jantung. Bahkan nggak sedikit yang tewas, dibanding mereka yang lebih memilih untuk mengekspresikan kemarahannya.
Berdasarkan laporannya nih, biarpun semua masih tergantung pada faktor usia, ekonomi, sampe faktor biologinya, semuanya berhubungan erat antara cara menahan amarah dan risiko terkena serangan jantung atau kematian mendadak, gara-gara jantung berhenti tiba-tiba. Menjadikan kepribadian yang introvent (membiarkan masalah tanpa mengatakan apapun dan pergi menjauh) daripada melakukan tindakan yang berisiko dua sampe lima kali lebih besar kena serangan jantung dibanding dengan mereka yang punya sifat frontal.
Ketika stres datang, pastinya masing-maisng orang punya cara sendiri untuk menghadapinya. Cuma para peneliti menyarankan kalo menghadapi konflik secara terbuka (protes langsung, hingga berteriak langsung kepada orang yang bersangkutan) bisa mengurangi risiko kematian mendadak akibat tekanan. Tapi inat, jangan marah tanpa sebab!
0 komentar:
Posting Komentar